Tuesday, 20 January 2009

Oleh-oleh Dari Tanah Suci: Life Management Training

Edisi 26 Januari 2008

Semoga bermanfaat, hususnya bagi yang sudah merindukan tanah suci.

Kami telah tiba di tanah air dengan selamat

Alhamdulillah dengan rahmat Allah, pada hari Sabtu pagi, tanggal 3 Januari, pukul 04:30 kami mendarat di Bandara Adisumarmo Surakarta. Penerbangan Garuda tipe Boeing 747-300 berkapasitas 405 orang itu telah mendaratkan kami dengan pendaratan yang sangat mulus. Segenap jamaah haji dengan berbagai ragam perasaan bergegas menuruni tangga. Semua wajah nampak tersenyum sangat bahagia, tak sabar lagi segera ingin menemui keluarganya yang telah menunggu. Sebagian dari mereka tampak matanya berkaca-kaca menahan haru bahagia. Tak terasa aku juga, tiba2 meneteslah air mata ini membasahi bumi bandara Adisumarmo Surakarta. Kami terus menuju bis Bandara yang telah disediakan oleh Garuda.

"Subhanallah, terima kasih yaa Rabb engkau telah mendaratkan kami di tanah air dengan selamat. Terima kasih ya Rabb dengan cintamu telah kau sukseskan cita-cita kami semua, mengunjungi rumahmu yang mulia di tanah suci Makkah almukarromah serta mengujungi makam Nabimu di tanah suci Madinah Almunawaroh. Kini kau kembalikan kami ke tanah air tercinta".

Pembaca yang budiman, berikut kami sampaikan kronologi singkat perjalanan haji kami. Hari senin pagi 24 November pukul 06:30 kami berangkat dari Masjid Agung menuju Asrama haji Donohudan Solo. Tanggal 25 pukul 07:00 pagi take off dari Bandara Adisumarmo Solo menuju Jeddah Arab Saudi selama kurang lebih 12 jam. Tiba di Jeddah kira-kira pukul 15:30 waktu Jeddah, kemudian kami menuju Makkah pada pukul 19:00 dan tiba di Makkah sekitar pukul 21:00 waktu Makkah. Tinggal di makkah selama 29 hari, mulai 25 November hingga 23 Desember 2008. Selanjutnya menuju Madinah, dan tinggal di madinah kira-kira 9 hari, tanggal 1 Januari 2009 berangkat ke Jeddah dan tanggal 2 Januari pukul 13:30 terbang ke tanah air dan tiba di tanah air tanggal 3 Januari pukul 04:30 dini hari.

"Ya Rabb jadikanlah kami haji-haji yang mabrur, dan bimbinglah kami dalam mengimplementasikan segala pelajaran dan hikmah yang telah kami petik selama menjalani 'Live Management Trainig' dalam 40 hari itu di dua tanah suci Makkah dan Madinah. Dengan hikmah itu semoga kau jadikan kami manusia-manusia yang bisa memberi manfaat kepada lingkungan terdekat, bangsa, negara dan dunia. Amiin"

Life Management Training

Sejuta haji sejuta cerita, mungkin begitu ungkapan yang pas untuk mengilustrasikan bahwa setiap jamaah haji memiliki pengalaman rohani yang unik, meskipun secara umum bisa ditarik benang merahnya. Dengan pengalaman rohani yang unik itu mereka memetik hikmah-hikmah yang unik pula, antar satu jamaah dengan jamaah lainnya bisa berbeda. Tergantung dari fokusnya masing-masing, tergantung pula dari dhan-nya (baca: sangkaannya) masing-masing. Fokus dan dhan ini terbentuk dari latar belakang persiapan mental dari calon jamaah ketika masih di tanah air dan perkembangan mental jamaah ketika proses menjalani ibadah Haji. Namun, seperti yang sudah saya katakan, bahwa sebenarnya hikmah-hikmah itu bisa di tarik benang merahnya sehingga secara umum sebagian besar haji memiliki pengalaman yang serupa.

Berikut ini akan saya uraikan hikmah-hikmah yang berhasil kami petik dan semoga mewakili apa yang diperoleh jamaah Haji lainnya.

1.Healthy Life Style

Di Mekkah kami tinggal di Daerah Jarwal Tayseer, sebuah kawasan yang letaknya kira-kira satu setengah kilometer dari Masjid Alharam ke arah utara. Meskipun ada taksi namun untuk ke Masjid Alharam jamaah biasa dengan jalan kaki. Beberapa di antaranya memang naik taxi namun kebanyakan jalan kaki menjadi pilihan. Disamping karena temannya banyak, juga bisa lebih hemat living cost.

Senang sekali berjalan bersama jamaah dari berbagai negara di dunia, lumayan bisa sambil memperlancar bahasa Inggris dan praktek pelajaran bahasa 'Arab. Dan yang lebih penting jadi bisa jogging exercise. Para jamaah biasanya ke Masjidilharam subuh lalu pulang, dhuhur pulang lagi, asar-maghrib-'isyak baru pulang. Jadi ke Haram (panggilan pendek Masjidilharam) sehari bisa tiga kali. Kalau jarak dari Hotel ke Haram 1,5 km, maka pulang pergi 3 km. Jika sehari 3x ke haram maka kami bisa jalan kaki sepanjang 9 km sehari selama kurang lebih satu bulan. Wow sungguh exercise yang sangat baik, bisa membakar lemak cukup banyak.

Di Madinah kami tinggal di Hotel Ilyaas jaraknya dari Masjid Nabi hanya sekitar 300 meter, tapi setiap pulang shalat kami harus nunggu lift sepanjang 15 meter antrean. Antran itu panjang sekali, karena hotel yang berlantai 14 tersebut berkapasitas lebih dari dua ribu orang sedangkan liftnya hanya tersedia 3. Jadi setiap pulang dari masjid butuh waktu ngantre sekitar setengah sampai satu jam. Kalau sudah demikian kami biasanya memilih lewat tangga, padahal kami tinggal di lantai enam. Jadi bisa dibayangkan berapa banyak kalori dan lemak yang hangus karenanya. Hal itu kami lakukan rata-rata empat kali sehari, karena biasanya maghrib-isyak kami terusan di Masjid. Tapi anehnya semua itu dilakukan dengan sangat ringan dan sukacita. Saya bahkan pernah menjumpai ibu-ibu sudah agak tua memilih naik tangga hingga lantai 9, subhanallah. Semua itu ternyata tergantung kemauan, semangat, dan doa.

Untuk menjaga kebugaran kami juga belajar tidur pada waktunya dan cukup istirahat, makan makanan yang sehat dan bergizi, cukup buah dan sayur serta minum multivitamin. Tidur biasanya kami lakukan pukul 11 malam. Bagi yang akan shalat ke Haram pukul 03 atau 03:30 dini hari biasanya sudah bangun, karena harus datang awal agar dapat tempat. Bagi yang shalat di Masjid lokal biasanya bangun bisa lebih lambat misalnya pukul 04:00 atau 04:30, karena shubuh di sana sekitar pukul 05:30. Habis shubuh ada yang thowaf, ada yang pulang cuci pakaian, belanja untuk masak dan lain-lain. Jika tidak ada kegiatan biasanya sekitar pukul delapan atau sembilan tidur lagi hingga pukul sepuluh atau setengah sebelas menjelang dhuhur.

Untuk menjaga kesehatan jamaah, kloter kami yang terdiri dari 404 orang disediakan satu orang dokter dan dua orang paramedis. Maka jika ada gangguan kesehatan sedikit saja kami segera konsultasi ke dokter, tidak menunggu hingga sakitnya parah.

Dalam ibadah haji, menjaga kebugaran dan kesehatan begitu penting agar bisa mengikuti seluruh kegiatan ibadah, baik yang bersifat rukun, wajib maupun sunnah. Menurunnya kesehatan dapat mengganggu kelancaran ibadah mengingat ibadah haji banyak yang menggunakan kemampuan fisik. Misalnya ketika wukuf di padang Arofah, dimana udara sangat dingin sedangkan kita saat itu menggunakan ihrom yang untuk laki-laki tidak diperkenankan menutup kepala dan kaki. Selanjutnya menginap di Musdhalifah, sebuah lapangan terbuka dengan suhu dingin dan angin meniup membuat telinga dan kaki terasa makin dingin. Sekali lagi saat ini kita masih memakai ihrom, Esok harinya harus berdesakan dengan ratusan ribu bahkan jutaan orang untuk melempar jumroh di Mina, yang dilakukan 3x selama tiga hari.

Itu semua memerlukan ketahanan dan kekuatan fisik yang benar-benar fit, karena itulah sebelum kegiatan inti haji dilaksanakan kita harus bisa menjalankan gaya hidup sehat atau healthy life style yang benar-benar teratur atau termanage. Bukan hanya untuk keperluan kegiatan inti haji namun untuk sehari-hari kita perlu berlomba mendapatkan pahala sebanyak-banyaknya dengan memperbanyak kegiatan ibadah di Masjid alharam bisa thowaf atau shalat yang pahalanya dilipatgandakan 100.000 kali dibanding Masjid lainnya, seperti Sabda Rasulullah:

Shalat di Masjidku (Masjid Nabawi Madinah) pahalanya 1000 kali lebih utama dibanding Masjid lainnya kecuali di Masjidilharam lebih utama 100.000 kali.

Setelah ibadah haji selesai kegiatan bukan terus rampung (bagi jamaah yang ikut gelombang dua), namun masih ada kegiatan ziaroh ke makam rasulullah di Madinah serta shalat arba'iin, yaitu shalat fardhu lima waktu dengan berjamaah di Masjid sebanyak 40x terus-menerus tidak putus. Shalat arba'iin ini bagi jamaah haji begitu penting karena hadiahnya syurga dan dibebaskan dari sifat munafiq. Karena itu usai kegiatan haji kesehatan harus tetap terjaga karena jika sakit dan tidak bisa ikut berjamaah sekali saja, maka arba'in-nya gagal.

Jadi kalau badan kita tidak sehat, kita bisa kehilangan kesempatan yang luar biasa, yang belum tentu kita bisa peroleh lagi, karena untuk ke Makkah & Madinah lagi harus mengeluarkan waktu dan biaya yang tidak sedikit.

Pembaca sekalian, di Makkah kami para jamaah yang tinggal di Jarwal hampir setiap hari berjalan sekitar 6 km belum termasuk thowaf, kemudian di Madinah dengan ringannya naik tangga hotel hingga di lantai 6 (tergantung letak kamar kita) rata-rata 3x sehari. Kami juga bisa membiasakan diri istirahat dan tidur yang teratur, makan bergizi, bersih dan sehat, dan jika ada gangguan kesehatan segera konsultasi ke Dokter. Semua itu dilakukan untuk tujuan memperoleh kesehatan yang prima. Hasilnya, alhamdulillah, dengan kebiasaan yang sehat, minum zamzam setiap hari, fikiran bersih kami bisa memperoleh kesehatan yang sangat baik. Bahkan, saya sendiri, perut jadi tidak buncit dan berat turun 4 kg.

Jika di Makkah dan Madinah kita berhasil merubah diri menjalani pola hidup sehat, bisakah itu kita teruskan di tanah air?

Pembaca yang budiman, di Semarang saya bekerja di sebuah gedung bertingkat delapan dan ruang kerja saya ada di lantai empat. Terus terang, untuk naik ke lantai empat setiap hari saya memilih pakai lift dan malas menggunakan tangga. Latihan jogging dan jalan kaki juga malas melakukannya, bekerja hingga larut malam, istirahat dan tidur tidak teratur. Akan tetapi alhamdulillah, kebiasaan kurang baik itu nyaris hilang ketika belajar hidup sehat di Makkah dan Madinah dalam ibadah haji. Itulah mengapa di Makkah dan di Madinah saya mendapat hikmah latihan bergaya hidup sehat atau healthy life style training, semoga jamaah haji lainnya demikian pula adanya.


2.Time/Priority Management

Perjalanan Dari Indonesia ke Arab Saudi

Sejak Kami mendarat di Bandara International Jeddah Arab Saudi, sudah mulai terasa akan ketatnya jadwal kegiatan yang harus kami lakukan. Begitu tiba kami harus ngantre pemeriksaan imigrasi, terus segera ganti pakaian ihrom lalu shalat maghrib dan 'isyak jama' taqdim. Kegiatan itu memakan waktu kira-kira 3 jam, mulai pukul 15:30 hingga pukul 18:30 Waktu Jeddah. selesai itu semua kami langsung meninggalkan Bandara menuju Makkah Almukarromah dengan kendaraan Bis, sampai di Makkah kira-kira pukul 20:30 Waktu Makkah. Perjalanan itu benar-benar melelahkan.

Penerbangan kami dari Solo ke Jeddah Arab Saudi memakan waktu 12 jam. Setelah itu urusan Imigrasi kira-kira 3 jam ditambah perjalanan Jeddah-Makkah 2 jam. Masih menunggu pembagian kamar kira-kira 1 jam, jadi total sekitar 18 jam. Kira-kira pukul 21:00 kami baru bisa masuk kamar.

Sudah selesai?
Belum.

Begitu masuk kamar para jamaah harus membagi tempat tidur, karena satu kamar berkapasitas 4 s/d 6 orang, kemudian istirahat. Kami harus istirahat dengan masih berpakaian ihrom, tidak boleh membuka aurat meskipun didepan sesama laki-laki atau sesama perempuan.

Belum lama istirahat para jamaah dipanggil ketua rombongan

"Kopor....... kopor........"

Rupanya kopor besar kami yang diangkut melalui bagasi pesawat sudah sampai. Langsung semua jamaah berhamburan lagi mencari kopornya masing-masing. Hal itu memakan waktu tidak kurang dari satu jam, mungkin sampai dua jam.
Mungkin pukul 24:00 kami baru lelap.

Pukul 03:00 kami sudah pada bangun lagi, bahkan pukul 02:00 ada yang sudah bangun untuk persiapan shalat subuh. Kami harus bangun pukul 02:00 untuk antre mandi, meskipun shubuhnya pukul 05:30. Maklum 1 kamar mandi dipakai oleh dua kamar tidur atau sekitar 12 orang. Jadi mandinya harus ngantre.

Umroh

Selesai shalat shubuh kami berangkat ke Masjid Alharam (disingkat: Haram) untuk melaksanakan thawaf dan sya'i umroh wajib. Thowaf dan sya'i kira – kira memakan waktu 3 jam, lalu tahallul. Selesailah sudah rangkaian umroh yang dimulai dari dengan mengenakan ihrom dan shalat sunnah ihrom di Jeddah, kemudian thowaf, lalu sya'i dan tahallul. Selesai umroh kami pulang ke penginapan, kira-kira pukul 09:00 para jamaah langsung pada tidur, memanfaatkan waktu istirahat seefektif mungkin, karena pukul 12 siang kita musti sudah bangun lagi dan shalat dhuhur.

Alhamdulillah, tidur tadi malam sekitar 2 jam dan pagi ini sekitar 3 jam terasa istirahat yang ni'mat luar biasa setelah kira-kira 28 jam perjalanan dan umroh dengan kegiatan yang sangat padat.

Setelah shalat dhuhur jadwal kami mulai normal. Kebetulan hari Arofah jatuh tanggal 9 dhulhijjah atau bertepatan dengan tanggal 6 Desember, jadi kami punya waktu sekitar 10 hari menunggu di Makkah sebelum acara Wukuf.

Pada masa menunggu ini kegiatan rutin jamaah biasanya adalah berlomba sebanyak-banyaknya shalat di Harom serta thowaf sunnah serta baca Alquran. Disamping itu kegiatan rutin lainnya banyak ragam mulai dari memasak, mencuci, bahkan belanja-belanja. Fokus jamaah berbeda-beda. Ada yang karena semangatnya, mereka jarang pulang, terus di Harom, kalau perlu tidur di di sana. Nah baru berlangsung seminggu habis tenaganya, datanglah batuknya. Pas sampai saatnya wukuf, yang merupakan intinya Haji, sakitlah dia.

Di sinilah kita musti pintar membuat prioritas, mana yang harus dilakukan mana yang harus ditahan. Memang sangat baik berlomba untuk beribadah sebanyak-banyaknya, namun yang tidak boleh dilupakan adalah menjaga stamina. Karena saat ini belum sampai pada intinya Haji. Intinya haji adalah Wukuf di padang Arofah pada tanggal 9 Dzulhijjah, yang pada tahun 2008 bertepatan dengan tanggal 6 Desember 2008. Jangan sampai karena terlalu semangat, memforsir diri terus ke Harom, pada saatnya wukuf malah sakit. Apalagi yang kondisi badannya memang agak rentan, atau bahkan dari tanah air sudah kurang sehat.

Kegiatan Inti Haji

Kegiatan inti Haji dimulai dari memakai ihrom pada tanggal 8 dzulhijjah, kemudian berangkat wukuf di Arofah, menginap di Musdalifah, dan lempar zumroh di Mina, kemudian thowaf, sya'i dan tahallul.

Haji adalah ibadah yang sangat fisik. Ketika tiba saatnya tanggal 8 dzulhijjah, persis setelah shalat dhuhur, kami sudah pakai pakaian ihrom dan melakukan niat haji. Kemudian menunggu Bis untuk diberangkatkan ke Arofah. Karena jumlah bis terbatas untuk ke arofah kami diangkut dua kali, alhamdulillah kami mendapat giliran pertama, sehingga tidak perlu menunggu berlama-lama, kami berangkat kira-kira pukul 14:00. Jalanan begitu padat, jutaan manusia menuju ke Mina dan Arofah baik dengan berjalan kaki maupun berkendaraan. Jarak dari Makkah ke Arofah kira-kira hanya sekitar 30 km, normalnya ditempuh kurang dari setengah jam. Namun dalam kondisi seperti ini harus ditempuh dalam 2 jam. Tiba di arofah kira-kira pukul 04:00 sore.

Sampai di Arofah kami menuju ke tenda yang telah disediakan. Kemudian orientasi lingkungan mencari kamar mandi, buang air, mencari dapur umum dan istirahat. Selesai shalat Maghrib dan 'isyak kembali kami diingatkan oleh ketua rombongan agar menghemat tenaga dengan beristirahat. Karena kegiatan fisik masih panjang. Kami tidur beralasakan karpet dan bertutupkan tenda. Karena tendanya terbuka jadi dinginnya udara dan angin bertiup cukup membuat tidak nyenyak tidur para jamaah.

Esok harinya 9 dzulhijjah, beberapa saat sebelum dzuhur dikumandangkanlah khotbah wukuf. Kemudian shalat dhuhur dan asar dijamak. Kemudian berdoa saat wukuf hingga menjelang maghrib. Inilah saat paling penting, intinya haji. Haji tanpa wukuf, batallah hajinya dan harus mengulang lagi.

Ketika menjelang maghrib, para jamaah bersiap-siap menuju Musdalifah untuk menginap (mabid) di sana. Lagi-lagi kita harus menungu jemputan, kebetulan rombongan kami dapat giliran terahir, jadi kami masih di Arofah hingga larut malam . Alhamdulillah ahirnya bis jemputan datang juga. Kira-kira pukul 11:00 kami berangkat, sampai di Musdalifah pukul 11:30.

Musdalifah adalah lapangan terbuka tanpa atap tanpa alas. Namun kami sudah mempersiapkan alas bawaan dari tanah air, berupa tikar. Setelah berdoa secukupnya kami ahirnya bisa istirahat juga, lumayan dapat kira-kira 3 jam di Musdhalifah. Biasanya di Musdalifah juga dingin dan angin bertiup kencang. Namun subhanallah, malam itu kami bisa tidur sangat nyenyak dan berkualitas meskipun hanya 3 jam, karena cuacanya sangat bersahabat, tidak dingin namun sejuk dan nyaman.

Pukul 04 dini hari, tanggal 10 dzulhijjah, kami diangkut lagi menuju Mina. Perjalanan hanya memakan waktu setengah jam, sampai di Mina menjelang subuh. Kami langsung shalat shubuh, usai shalat semua jamaah istirahat sambil mempersiapkan perkerjaan fisik terbesar yaitu lempar jamarat. Kira-kira pukul 08:00 pagi kami berangkat ke lokasi jamarat yang jaraknya sekitar 4 km dari tenda tempat tinggal kami di Mina. Di lokasi jamarat ratusan ribu bahkan miungkin jutaan jamaah sudah berjubel berjalan menuju tempat melempar. Dengan fisik dan mental yang telah dipersiapkan kami berdesakan menuju sumur aqobah untuk melemparkan 7 butir batu. Seperti diketahui bahwa bangsa kita ini kecil-kecil, maka cukup berat berdesakan dengan orang-orang asing dari Turki, Afrika, dan kawasan arab yang orangnya besar-besar. Bagi jamaah yang lemah atau sakit bisa diwakilkan pelemparannya, tidak masalah.

Selesai melempar kami melakukan tahallul awal, yaitu saat diperbolehkannya menanggalkan pakaian ihrom dan diganti dengan pakaian biasa. Lega rasanya, karena saat menggunakan pakaian ihrom banyak larangannya, dan kalau dilanggar kena denda. Dendanya mulai dari beras 6 ons hingga kambing bahkan bisa juga unta, tergantung jenis pelanggaran yang dilakukan.

Selesai melempar kami kembali ke tenda untuk istirahat. Wuuh berjalan pp 8 km ditambah dengan berdesakan dengan perjuangan luar biasa membuat kami capai luar biasa. Ahirnya semua terlelap tanpa terasa tiba-tiba sudah menjelang dzuhur. Habis Shalat dzuhur dan asar para jamaah tidur lagi hingga sore. Esok harinya kami harus melempar lagi untuk yang kedua. Kali ini kami mengambil waktu pukul 08 malam. Kami melakukan lemparan di 3 sumur, yaitu sumur Ula, Wustho, dan Aqobah. Masing-masing sumur 7 lemparan batu, selesailah lemparan hari kedua. Keesokan harinya, kami melempar untuk yang ketiga, kali ini kami mengambil waktu pagi hari, setelah shalat subuh. Karena siang harinya kami sudah dijadwalkan kembali ke Makkah.

Siang harinya kami berkemas untuk kembali ke Makkah. Kira-kira pukul 15:00 kami dijemput bis dan menuju Makkah. Sampai di makkah tidak langsung thowaf, namun oleh ketua KBIH kita diberi kesempatan istirahat. Kami dibangunkan sekitar pukul 01:00. thowaf dilakukan pukul 02:00 pagi hari, dilanjutkan sya'i dan tahallul ahir. Selesailah sudah rangkaian ibadah haji kecuali thowaf wada'. Alhamdulillah ahirnya selesai juga.

Moga-moga kami semua menjadi Haji yang Mabrur.

Selesai Haji kami menunggu kira-kira 2 minggu lagi sebelum menuju kota Madinah. Kegiatannya sama seperti sebelum haji. Shalat, baca Quran, thowaf, dan ibadah lainnya terserh jamaah masing-masing. Hingga tanggal 24 Desember kami berangkat ke Madinah.

Ziarah Nabi & Arba'in

Di Madinah kami beruntung tinggal di Hotel Ilyas, hanya 300 meter dari Masjid Nabawi. Bagi jamaah lain bisa saja lokasi hotelnya hingga 5 km dari Masjid Nabawi. Di sini kita menjalankan ibadah yaitu ziyarah ke makam rasulullah yang terletak di Masjid Nabawi, serta shalat arba'in. Shalat arba'in adalah shalat fardhu berjamaah sebanyak 40x waktu sholat dalam 8 hari. Jadi selama 8 hari selalu berjamaah di Masjid Nabawi, tidak boleh sekalipun lepas tidak berjamaah. Sekali saja tidak berjamaah maka shalat arba'in-nya batal.

Sekali lagi kami ditraining utu disiplin waktu. kegiatan lain-lain seperti belanja, ziarah ke tempat-tempat bersejarah atau bahkan rekereasi menmpati prioritas yang kedua. Prioritas utama adalah shalat arba'in. Jadi apapun kegiatannya, ketika waktu shalat kita harus sudah sampai di Masjid Nabawi lagi. Bagi yang tinggalnya dekat dengan Masjid mungkin tidak terlalu sulit, namun yang tinggalnya 5km ini benar-benar merupakan latihan mengatur waktu dan proritas yang sangat baik.


3.Financial Resource Management

Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah, satu hikmah menarik yang bisa kami petik dalam perjalan haji kami adalah sebuah latihan mengendalikan diri dalam berbelanja. Hal ini menurut saya cukup penting, baik bagi yang uang sakunya berlebih apalagi yang uang sakunya pas-pasan seperti saya.

Modal saya adalah living cost, uang kembalian yang dibagikan depag bagi setiap jamaah untuk biaya hidup selama menjalankan ibadah haji. Besarnya adalah SAR1.500 (seribu lima ratus riyal Arab Saudi) atau sekitar Rp. 3.750.000,- untuk kurs 1 riyal=Rp.2.500. Uang sebesar itu diyakini cukup untuk biaya hidup wajar di Makkah, baik untuk makan, transport lokal maupun untuk beli oleh-oleh.

Secara detail yang harus dikeluarkan selama di Makkah dan Madinah adalah sebagai berikut:

Makkah
- Bayar Dam Nusuk (Hj. Tamattuk/ Hj. Qiron) = SR 300,- (wajib)
- Iuran Baqsis (fee-fee untuk berbagai layanan) = SR 20,-
- Ziarah tempat2 bersejarah di sekitar Makkah = SR 10,-
- Makan 3x sehari @ SAR 8 x 3 x 23 hari = SR 552,-
- Beli buah, misal jeruk 9kg @ SAR 5 = SR 45

Madinah
- Ziarah tempat2 bersejarah di sekitar Madinah = SR 10,-
- Makan sarapan 9 hari @ SAR 8 x 9 = SR 72,-
Jumlah = SR 1.009,-

Sisa uang saku = SR 491,-

Penjelasan:

Dam Nusuk adalah menyembelih hewan Qurban ketika kita menjalankan haji tamattuk atau haji qiron. Jadi hal ini memang harus dibayarkan, kecuali kita melaksanakan haji ifrod. Tentang haji tamattuk, qiron dan ifrod kami jelaskan di bagian lain (lihat posting kami “Haji bersama Kyai Sodiq”). Besarnya DAM tergantung harga kambing saat itu. Pada musim haji , sebelum wukuf, biasanya harga kambing mahal, diluar musim haji biasanya hanya sekitar 200 sd 300 riyal, namun pada musim haji hususnya sebelum wukuf sekitar 250 sd 400 riyal. Namun rata-rata membayar Dam 300 riyal. Kami juga sebesar itu pada tahun 2008.

Iuran Baqsis adalah iuran untuk membayar berbagai fee layanan, misalnya ketika naik Bis dari Bandara King Abdul Aziz Jeddah menuju Makkah satu riyal per orang, menaikkan kopor besar ke atas bis dan menurunkannya kembali masing-masing 1 riyal per orang. Naik Bis dari Makkah ke Madinah 2 riyal per orang, dll. Baqsis bukanlah wajib, tidakpun tidak apa-apa. Hanya untuk rasa kemanusiaan maka dikeluarkanlah baqsis untuk sopir Bis, kuli-kuli panggul meskipun sebenarnya ia sudah dibayar oleh pemerintah. Ya memang ada satu dua orang kuli atau mungkin sopir bis yang mengharap fee, dan kalau fee tersebut tidak diberikan berdampak layanan kurang menyenangkan, wajahnya suram dan kurang ramah. Namun itu tidaklah semua, hanya sebagain kecil. Tapi alangkah baiknya kita menyerahkan baqsis dengan niat berbagai nikmat, atau sodaqoh.

Ziarah tempat bersejarah di sekitar Makkah.

Ziarah ini sifatnya bebas, boleh ikut ataupun tidak. Biasanya dengan biaya transport 10 riyal. Yang dikunjungi adalah Jabal (gunung) thur, Mina, Jabal Rahmah, Arofah, dan Jabal Nur.

Mengenai makan, di Madinah kita mendapatkan jatah katering, sedangkan di Makkah kita harus beli atau masak sendiri. Untuk keperluan makan di Makkah yang perlu kita sediakan adalah sebanyak kira-kira 23 hari dengan perhitungan:

Total perjalanan haji : 41 hari
Perjalanan Indonesia-Arab : 2 hari ( jatah makan gratis 3x sehari)
Prosesi Haji (8-13dzhijjah) : 5 hari ( jatah makan gratis 3x sehari):
Di Madinah : 9 hari ( jatah makan gratis 2x sehari)
Perjalanan pulang ke Ind. : 2 hari ( jatah makan gratis 3x sehari)
Hidup di Makkah : 23 hari (Makan beli sendiri)

Kalau kita makan beli di warung dengan standar wajar dan pantas kira-kira 8 riyal sekali makan. Maka untuk 3x makan 24 riyal sehari, shingga kebutuhan 23 hari harus disediakan 552 riyal. Ini merupakan pengeluaran wajib terbesar. namun jika kita mau makan sederhana, yaitu beli pada penjaja makanan orang madura, sekali makan hanya 4 riyal dengan menu nasi, ikan asin atau sepotong ayam kecil, dan sayur. Dengan menu madura seperti itu pengeluaran kita bisa dihemat separo, maka untuk makan di Makkah cukup menyediakan biaya 276 riyal.

Kalau regu kami malah dari Indonesia sudah berencana masak sendiri, kami berrembug kesepakatan. Setiap orang bawa beras 5kg, terus ada yang bawa bumbu pecel, ada yang bawa indomie, ada yang bawa abon, dan lain-lain, termasuk alat masak yang mungkin dibawa dari Indonesia seperti teval (penenak air), magic jar. Sedangkan kompor listrik, dan panci dan lainnya kami beli di Makkah. Untuk itu kami cukup iuran sebesar 125 riyal seorang, cukup untuk 23 hari selama di Makkah. Bayangkan hanya 125 riyal kami bisa makan masakan Indonesia dengan cita-rasa dapur sendiri. Menunya OK lho, hampir stiap hari kami belanja di supermarket, kebetulan supermarketnya depan rumah. Jadi habis shalat shubuh bergantian belanja. Wah benar-benar nikmat, hidup di makkah makanan rasa di rumah, alhamdulillah.

Dengan menu Madura kita bisa berhemat 276 riyal sehingga uang saku kita, menurut perhitungan di atas, yang tadinya sisa 491 riyal, menjadi masih tersisa 767 riyal. Buah tidak kita- utik utik lho, karena di sana kita butuh fit, maka kebutuhan akan buah adalah mandatory atau harus. Wauw... 767 riyal (hampir dua juta rupiah), masih cukup banyak untuk beli oleh-oleh. Karena kami masak sendiri, iuran makan hanya 125 riyal, jadi sisa uang saku kami masih 918 riyal, buanyak lho..... alhamdulillah.

Di Madinah, meskipun kita mendapat jatah katering namun hanya dua kali, siang dan malam. Sarapan kita musti beli sendiri. Kalau harga sarapan 8 riyal sekali makan, di Madinah kita butuh 9 hari, maka diperlukan sekitar 72 riyal. di Madinah kita tidak perlu beli buah karena jatah katering sudah ada buahnya sehari 2x.

Dengan sisa uang saku sekitar 700 sd 900 riyal kita bisa beli oleh-oleh bermacam-macam.
Misalnya :
- Kurma ajwa (kurma Nabi) harga SR 40-70 /kg (SR= Saudi Arabian Riyal)
- Kurma Madinah SR 15-25 /kg
- Kurma berbalut coklat SR 25/kg
- Kurma isi kacang almond SR 25/kg
- Tasbih kayu zaitun SR 5/20 untai
- Tasbih tulang unta SR 5/3 untai
- Tasbih dari batu SR 5/ untai
- Surban SR 5-25 /lembar
- Peci (kupluk) putih SR 2-5 /bh
- Boneka unta SR 10 /bh
- Jam tangan (made in china) SR 5-15 /bh
- Sajadah Arab saudi SR 5-10 /bh
- Sajadah Turkey SR 10-25 /bh
- Sajadah sutra SR 25-120 /bh
- Karpet 2x1,5m Saudi SR 45 /lembar
- Karpet 2x3m Saudi SR 110 /lembar
- Karpet 2x1,5m Turkey SR 55 /lembar
- Karpet 2x3m Turkey SR 130 /lembar

Pokoknya dengan sisa uang saku kita tersebut sudah bisa beli oleh-oleh apapun, mulai dari kurma hingga karpet. apalagi kalau pintar nawarnya.

Perhitungan seperti inilah yang penting untuk direncanakan sejak dari Indonesia, kemudian di Arab bisa mengendalikan diri, dan kalau semua berjalan sesuai rencana insya Allah itu sangat bermanfaat. Kalau tidak tahu apa yang akan dilakukan di sana, sering timbul kehawatiran yang berlebihan. Juga kalau tidak terrencana, sering terjadi salah beli, ahirnya banyak yang mubadhir dan terpaksa harus terjadi pembengkakan uang saku yang mestinya tidak perlu terjadi. Itu yang saya sebut bahwa dalam perjalanan haji mengandung hikmah latihan manajemen keuangan (Finance Resource Management Training). Adanya planning yang baik, pelaksanaan sesuai rencana dan ada pengendalian diri.

Satu trik lagi yang penting, kalau mau beli oleh-oleh jangan semua uang saku dihabiskan di Makkah, karena di Madinah barangnya lebih bagus-bagus, harga juga tidak mahal, bahkan bebrapa item lebih murah daripada di Makkah.

Oh iya hampir lupa, oleh-oleh zamzam-nya gimana?
Setiap jamaah mendapat hadiah zamzam dari Garuda yang dibagikan di Debarkasi masing-masing. Untuk saya zamzam saya terima di Donohudan Solo.

Tapi kalau 5 liter masih dirasa kurang, biasanya jamaah mengambil sendir dari masjidil harom, terus di paketkan. harga paket tiap kg 9 riyal. jadi kalau mempaketkan 5 liter biayanya sekitar 50 riyal.

Atau kita tenteng saja, masuk kabin pesawat. Asal curigen tempat zamzam di-lack dengan plastik standar keamanan penerbangan, biasanya diperbolehkan. Buktinya kami juga pada nenteng air zamzam dan dibolehkan oleh petugas Garuda. Tapi yang ini jangan bilang-bilang lho, karena peraturannya nggak boleh.

Awas perhatian!!!
Yang benar-benar tidak boleh kami lakukan adalah memasukkan zamzam ke dalam koper besar yang diangkut bagasi. Ini sangat membahayakan penerbangan. Alasannya pertama di bagasi kopor kita ditumpuk berlapis-lapis, jadi kalau kebetulan kopor kita di bawah dan bebannya berat, zamzam bisa pecah. Kalau pecah di bagasi tidak mudah ketahuan petugas sehingga bisa meluber kemana-mana bahkan ke instalasi pesawat yang bisa membuat rangkaian listrik dan elektronik pesawat konslet. Ini sungguh membahayakan seluruh penumpang, termasuk kita. Kedua, pemeriksaan koper biasanya lebih ketat untuk urusan air, karena resikonya besar. kalau ketahuan koper bisa di bongkar semua, dan mungkin penerbangan bisa tertunda karena ulah kita tersebut. Waah bisa menyusahkan orang banyak ya.... makanya jangan memasukkan zamzam di kopor besar.

Tapi kalau ditenteng masuk kabin, jika ada yang bocor langsung ketahuan oleh kita atau petugas, mungkin itu yang menyebabkan kita kadang-kadang masih boleh juga nenteng zamzam.

4.Leadership & Human Resource Management Training

Saudara-saudaraku, pelaksanaan haji bukanlah mudah untuk dilakukan sendirian. Untuk hidup di rantau dalam waktu yang panjang dan tugas yang cukup berat, sungguh hidup sosial berkelompok adalah kebutuhan yang tidak bisa diabaikan. Ketika kita sendiri tiba-tiba sakit, mungkin kita perlu minta bantuan teman sekamar, atau satu regu atau satu rombongan untuk melaksanakan ibadah tertentu mewakili kita, seperti misalnya lempar jamarat.

Banyak hal yang sulit dilakukan sendirian namun jika dilakukan bersama menjadi mudah atau lebih mudah. Karena itu peran organisasi menjadi sangat penting. Organisasi terkecil dalam haji adalah regu yang terdiri dari 11 orang termasuk ketua regu. Kemudian rombongan yang tediri dari empat regu diketuai oleh satu orang ketua rombongan. Maka satu rombongan jumlah anggotanya adalah 45 orang termasuk ketua. Dan kemudian kloter (kelompok terbang) terdiri dari 9 rombongan, sehingga satu kloter isinya 405 orang termasuk petugas. Para petugas biasanya masuk di regu 1 rombongan 1. Para petugas yang disediakan pemerintah ini terdiri dari ketua kloter yang mengkoordinir seluruh kegiatan Haji. Ia dibantu oleh seorang pembimbing ibadah haji, seorang dokter dan dua orang paramedis. Mereka bertugas melayani jamaah yang secara berjenjang dibantu oleh ketua rombongan dan ketua regu.

Setiap kegiatan bersama ketua rombongan harus memastikan apakah seluruh anggotanya telah lengkap, kalau tidak mengapa, terlambatkah atau ada yang berhalangan. Misalnya ketika akan berangkat ke Arofah, kegiatan ini harus diikuti oleh seluruh jamaah. Maka sebelum bis berangkat ketua rombongan harus mengecek kelengkapan anggota melalui ketua-ketua regu. Begitu juga untuk kegiatan lainnya, berangkat dan tiba di Musdhalifah, berangkat dan tiba di Mina, lempar jamarat, thowaf dan sya'i, tahallul. Setiap tahapan harus dicek Apakah ada jamaah yang belum melakukannya sebelum ke tahap berikutnya. Ini penting karena menyangkut sempurnanya ibadah.

Pengumpulan uang DAM nusuk, ziarah tempat bersejarah, thowaf sunnah, umroh sunnah, dan berbagai kegiatan lainnya yang dilakukan bersama-sama bukanlah kegiatan yang mudah. Tanpa didukung dengan kekompakan antara petugas pemerintah, ketua rombongan dan ketua regu serta seluruh anggota jamaah maka kegiatan itu tidak akan berjalan mulus.
Untuk keberhasilan tujuan bersama, kekompakan organisasi menjadi kunci. Ketua kloter dan para petugas haji wajib mengenal dengan baik dan akrab ketua-ketua rombongannya. Ketua rombongan wajib mengenal dengan baik ketua-ketua regunya, serta setiap ketua regu wajib mengenal dengan baik anggotanya. Keakraban dalam interaksi berjenjang dalam organisasi sangat menentukan kualitas komunikasi, dan kualitas komunikasi sangat mempengaruhi keberhasilan program sukses ibadah haji.

Bahu membahu dan saling bantu merupakan pelumas untuk melicinkan suksesnya setiap program kegiatan, ketika salah satu komponen berhalangan maka dengan sigap komponen lain menopang. Ketua rombongan lagi ada tugas, sedangkan rombongannya memerlukan layanan maka dengan sigap salah satu ketua regu membackup tugas ketua rombongan sehingga layanan tetap berjalan.

Dalam berinteraksi masing-masing harus tahu perannya. Petugas, ketua rombongan, ketua regu dan anggota. Yang petugas harus tahu tugasnya, ketua rombongan dan ketua regu tahu tugasnya, anggota juga tahu peran dan kewajibannya disamping tahu haknya. Ketimpangan dari salah satu komponen menyebabkan ketimpangan pada komponen lainnya atau program-program menjadi tidak berjalan seperti yang diharapkan. Misalnya satu atau beberapa jamaah karena tercecer atau tidak tahu mungkin ada yang tidak melaksanakan sunnah-sunnah haji, wajib haji atau bahkan rukun haji. Ini merupakan salah satu dampak ketidak berhasilan program ibadah haji secara kelompok Dampak buruk lainnya adalah misalnya pembagian jatah makan tidak merata sehingga sebagian tidak kebagian jatah. Hal ini bisa menyebabkan ketidak puasan jamaah sehingga mengganggu kehusyukan ibadah. Dan lain-lain.

Petugas, ketua rombongan dan ketua regu adalah sebuah team yang sangat diperlukan kekompakannya untuk mencapai tujuan bersama. Itulah sebabnya fokus akan kekompakan tersebut bagi saya merupakan sebuah latihan yang luar biasa untuk leadership dan team building. Siapapun dia, apakah sebagai petugas, ketua rombongan maupun ketua regu. Ketika kita berusaha perperan dengan baik sesuai dengan fungsinya maka itu merupakan suatu latihan yang baik untuk membuat sebuah team solid dan kuat untuk mencapai tujuan bersama.

5.Emotional Spiritual Quotient (ESQ) Training

Masalah ESQ ini sudah sering disampaikan para Ustadh, namun kami ingin sharing kepada para pembaca terkait dengan hikmah yang kami peroleh.

Pembaca yang budiman, masalah hati adalah masalah klasik yang paling ditekankan dalam setiap nasehat bagi orang yang akan berangkat dan sedang melaksanakan ibadah haji. Seperti kita fahami bersama bahwa pergi haji adalah memenuhi panggilan Allah, kita diundang Allah untuk menjadi tamunya. Menjadi tamu itu sebaiknya ya berbuat sebagaimana layaknya tamu. Tahukah kita bahwa yang mengundang itu Allah, maka yang jadi tuan rumah pada hakekatnya Allah melalui hamba-hambanya yang melayani kita. Jadi ketika di tanah suci kita musti bisa menjaga sikap jangan sampai mengecewakan tuan rumah, baik sikap yang merespon atas pelayanan terhadap kita selaku jamaah haji, maupun sikap antara kita dengan sesama jamaah haji.

Sikap kita atas Layanan Penyelenggaraan Haji

Bersikap sebagai tamu.

Saudara-saudaraku, utamanya yang akan berangkat haji, ketika kita melihat berbagai kejadian baik yang menimpa orang lain maupun menimpa kita sendiri pasti di hati kita ada komentar, respon ketika ada kejadian itulah yang disebut sikap. Nah sebagai tamu Allah, sebaik kita bisa bersikap layaknya tamu. Misalnya ada layanan yang kurang pas menimpa teman atau bahkan diri kita. Hendaknya kita berhati-hati dalam bersikap apa lagi sampai muncul tindakan.

Misalnya saja ketika ada pembagian jatah makan ternyta kita tidak kebagian. Lalu yang muncul dalam hati mempersalahkan berbagai pihak, apalagi hingga ngomel-ngomel. Atau suatu ketika anda membeli barang kemudian menawar terlalu rendah, terus penjualnya menampakkan wajah dan kata-kata yang kurang menyenangkan. Dengan spontan kita membalas dengan sikap yang lebih tidak menyenangkan juga sambil menggerutu:

“Dasar orang arab memang kasar, nggak tahu bagaimana harus melayani pembeli”.

Para haji dan calon haji yang dirahmati Allah, sikap seperti di atas hendaknya kita hindari, kiranya tidak pantas sebagai tamu bersikap seperti itu. apapun yang terjadi selama tidak membahayakan sebaiknya kita tetap bersabar, jadikan itu sebagai pengingat agar kita banyak istighfar. Doakan dia agar bisa lebih baik. Istighfar dan doa bisa mendatangkan pahala bagi kita dan mendatangkan manfaat bagi yang didoakan, bukankah itu sikap yang jauh lebih baik dari pada menggerutu yang justru melahirkan dosa dan fitnah

Berikut ini kami berikan contoh yang lebih rumit.
Ketika sebagi orang terpelajar melihat layanan petugas haji demikian buruk, kita menjadi jengkel. suatu ketika kita akan ziarah bersama satu kloter, sebanyak 405 orang dengan 8 Bis. karena persiapannya tidak cukup baik, Bis tidak diatur per rombongan maka jamaah bingung bertanya kesana kemari,
“Aku naik bis mana? ... aku aik Bis mana?”

“Sudah pokoknya cari saja Bis yang kosong “, begitu kata petugas.

Nah giliran ngecek kelengkapan anggota, ketua rombongan bingung sudah lengkap belum anggotanya. Dalam kondisi bingung Ketua rombongan itu didatangi kakek-kakek dan bertanya dengan panik, “Pak istri saya di Bis mana?”

Kejadian seperti ini bukan sekali saja terjadi namun beberapa kali. Kita sebagai orang terdidik / profesional melihat hal seperti ini kadang jengkel ketika petugas bilang sabar pak, sabar pak. Masalahnya bukan sabar, tapi pengelolaan yang tidak profesional. Seandainya sudah dipersiapkan sebelumnya, dikomunikasikan dengan fihak – fihak terkait. Bisnya dibagi per rombongan, memang sih jumlah rombongan ada 9 sedangkan bisnya cuma 8, tapi bukan berarti tidak bisa dibagi lalu dibiarkan amburadul-kan. Sekali lagi masalahnya bukan sabar tapi pengelolaan yang tidak provesional.

“Astaghfirullahal'adziim, kok bisa jadi begini.................”

Dalam keadaan seperti ini para pembaca, tidak ada jalan lain kecuali kita tenang dan cari solusi, bukan ikut jadi panik. Melihat kejadian seperti itu ada berbagai sikap dari jamaah yang muncul. Ada yang sedih, ada yang marah, ada yang memilih sabar, ada yang dengan logika terdidiknya mengatakan

“Masalahya bukan sabar atau cobaan, tapi pengelolaan yang tidak profesional”.

Ketika kita mengatakan hal tersebut mari kita lihat hati kita, apakah sedang mempermasalahkan dan menyalahkan atau sedang bersedih melihat saudara kita yang melayani dengan tidak layak. Tipis bedanya antara menyalahkan dengan keprihatinan. Namun tetap bisa dibedakan, lihat saja sikap selanjutnya dengan pertanyaan

Apa pertanyaan atau pernyataan selanjunya, apakah
“Apa yang bisa saya lakukan untuk mereka?” ataukah
“Harusnya tidak begitu tapi begini...........”
Dapat dirasakan dari kedua kalimat di atas, yang pertama adalah keprihatinan yang akan melahirkan doa dan uluran pertolongan. Sedang yang kedua adalah mempersalahkan yang melahirkan ketidakpuasan, kejengkelan, kemarahan dan dosa. Dari keduanya sikap tersebut mana yang pantas diambil sebagai seorang tamu yang baik.

Sikap kita terhadap sesama jamaah haji.

Setelah kita diskusi bagaimana menyikapi layanan kepada jamaah haji, bagaimana dengan sikap terhadap sesama jamaah. Sebenarnya tidak berbeda, jika ada sesuatu yang tidak mengenakkan kita, kita tidak langsung menyalahkan orang lain dengan kacamata pribadi. Contoh yang paling mudah adalah ketika sedang dalam antrean makan. Tiba-tiba ada orang yang nylonong masuk tanpa ngantre. Bagaimana sikap kita ?

Mungkin sabar meilhat kejadian itu, atau marah, mengumpat-umpat, emosi, atau dengan modal intelektual kita lalu kita mengatakan “Itulah orang yang tidak berbudaya, seharusnya dia ngantree.......”.

Mari kita coba bayangkan ketika kita ada dalam antrean itu, dan kejadian nylonong itu ada di depan mata kita.
Apakah kita marah melihat orang yang egois tidak memikirkan orang lain,
Ataukah kita biarkan dia dan mencoba bersabar, mungkin dia mengantre-kan suaminya yang sedang sakit....

Apapaun sikap kita itu adalah hak bagi setiap orang. Topiknya di sini adalah masalah kepantasan sikap kita sebagai seorang tamu di suatu negeri dimana tuan rumahnya adalah Allah sendiri.

Mungkin ada yang langsung mempertanyakan mengapa Allah tidak membuat segala sesuatu yang terjadi di sana serba indah, bukankah Ka'bah di tanah haram itu adalah rumahnya. Bukankah kota Makkah itu miliknya dimana kita diundang dan dijamu?

Justru dengan kejadian-kejadian itu untuk menguji hati kita, siapa yang sikapnya lebih baik dan pantas sebagai tamu dengan berbagai keadaan. Berbagai ujian ditampakkan dimata kita apakah kita bersikap sebagai tamu yang dibanggakan Allah didepan para Malaikatnya. Disediakan penampakan di mata kita bebagai keindahan, seperti kepuasan pelayanan haji baik oleh pemerintah Arab maupun pemerintah Indonesia, asykar yang ramah-ramah dan peduli, indahnya pemandangan alam, gunung, indahnya Masjidilharam, Ka'bah yang dimuliakan, jamaah haji dari seluruh dunia yang gagah-gagah dan cantik-cantik dan keindahan lainnya. Tapi di sisi lain mungkin jamaah juga melihat pemandangan buruk seperti pelayanan haji yang kurang bagus, antrean berebut, lift hotel yang rusak, atau apapun yang mungkin nampak di mata kita sebagai keurangan atau keburukan. Semua itu tiada lain adalah sebagai cobaan, apakah kita bisa bersyukur dan sebagai seorang tamu yang baik.

Ketika tidak sengaja nampak pemandangan yang sangat indah kecantikan jamaah-jamaah Turki, Syuria, Marocco, Tunisia, bahkan Eropa tidak membuat fikiran kita keruh dan rafath (cenderung pada sex), tapi bisa bertasbih “subhanallah”, betapa ciptaan Allah ini sempurna dan luar biasa. Juga ketika ada kejadian lain yang menjebak kita berbantah-bantahan, dan perbuatan-perbuatan buruk yang tidak pantas dilakukan sebagai seorang tamu adalah hal yang penting diperhatikan. Seperti firman Allah dalam AlQuran:

Barang Siapa yang menetapkan niatnya pada bulan itu akan mengerjakan Haji, tidak boleh rafath, berbuat fasik, dan berbantah-bantahan (Albaqarah:197).

Sabar dan Berprasangka Baik.

Hal terbaik yang menurut saya bisa kita lakukan adalah selalu berprasangka baik setiap melihat kejadian. Ambil selalu sisi baiknya jika melihat kejadian. Karena setiap kejadian selalu ada sisi baiknya. Dengan demikian kita selalu bisa memetik hikmah dan pelajaran, menjaga kesabaran dan esopanan. Jika kejadian itu sudah nyata-nyata bathil maka ambillah sikap pencegahan seperlunya dan tidak perlu didiskusikan kekurangannya karena bisa jatuh pada sikap jidal (berbantahan) dan ghibah (ngomongin orang).

Mungkin ada pertanyaan, kalau nggak boleh didiskusikan di sana bagaimana kita bisa menunjukkan kesalahan layanan? Gimana kalau untuk perbaikan. Jika memang demikian lakukanlah dengan hati-hati. Namun kalau saya memilih mencatat dan akan saya diskusikan dan evaluasi di Indoesia pasca Haji. Hasil evaluasi bisa kita sampaikan ke DEPAG dengan surat pengaduan dan saran atau melalui Email. Kalau perlu bisa disampaikan kepada menteri Agama. Bahkan dengan melalui menteri agama kita bisa memberi masukan kepada pemerintah Arab saudi. Dengan cara ini insya Allah lebih jelas manfaatnya dan lebih efektif daripada mengerutu dalam ibadah haji, marah dan penuh ketidakpuasan yang tidak ada manfaatnya kecuali mendatangkan sakit hati pada diri sendiri dan orang lain.

6.Kursus Bahasa Inggris dan Bahasa 'Arab.

Para pembaca yang dirahmati Allah. Salah satu hikmah yang indah bagi saya hususnya juga dan bagi sebaian jamaah lainnya adalah kursus bahasa Ingrris dan bahasa Arab. Di sana tempat berkumpul manusia dari seluruh dunia, mulai dari Asia hingga Eropa dan bahkan Amerika. Jadi kita bisa belajar praktek bahasa asing. Yang benar-benar kami rasakan adalah praktek bahasa Inggris dan bahasa Arab.

Saya pribadi lebih sering mencoba praktek bahasa Arab karena ahir-ahir ini memang kami sedang belajar bahasa Arab. Bayangkan kami bisa praktek bahasa Arab bersama native speaker setiap hari selama empat puluh hari, suatu kesempatan yang langka untuk dilakukan di Indonesia. Yang lazim kami temui untuk bahasa 'Arab adalah orang-orang Saudi, Yaman, Mesir, Syiria, Marocco, Tunisia, dll. Sedangkan untuk bahasa Inggris kami sering berbicara dengan orang-orang Pakistan, Turki, Thailand, Philipina, dan orang-orang Eropa sendiri.

Itulah saudara-saudaraku hikmah profesional yang berhasil kami peroleh selama kursus kehidupan selama 40 hari dalam ibadah haji tahun 2008/2009 yang lalu. Semoga dengan cerita ini bisa memberikan motivasi bagi saudara-saudaraku untuk semakin rindu dengan tanah suci Makkah almukarromah, Masjidil harom dan Ka'bah attasyriif.

3 comments:

  1. Terima kasih oleh-olehnya Pak Jumala, sangat bermanfaat. Semoga menjadi haji mabrur.

    ReplyDelete
  2. sukses buat p jumala dan p kamal

    ReplyDelete