Thursday, 12 June 2008

Kisah 2 anak Super di Jembatan Penyebrangan

Sumber: Dari noordin@telkom.co.id dari yosua@telkom.co.id

Tanpa disadari terkadang sikap apatis menyertai saat langkah kaki kita mengarungi untuk coba taklukkan ibukota negeri ini. Semoga kita selalu diingatkan. Sekedar berbagi cerita dalam keindahan hari ini :



Siang ini awal Mei 2008 , tanpa sengaja ,saya bertemu dua manusia kecil super ,mereka memang hanya mahluk mahluk kecil , kurus ,kumal berbasuh keringat. Tepatnya diatas jembatan penyeberangan Gatot Subroto depan gedung TELKOM DIVRE II ( Hotel Kartika Chandra ), dua sosok anak kecil berumur kira-kira sembilan tahun menjajakan tissue dengan wadah kantong plastik hitam.

Saat aku menyeberang untuk makan siang mereka menawari saya tissue diujung jembatan, dengan keangkuhan khas penduduk Jakarta saya hanya mengangkat tangan lebar lebar tanpa tersenyum yang dibalas dengan sopannya oleh mereka dengan ucapan

"Terima kasih Oom !".

Saya masih tak menyadari kemuliaan mereka dan Cuma mulai membuka sedikit senyum seraya mengangguk kearah mereka. Kaki-kaki kecil mereka menjelajah lajur lain diatas jembatan , menyapa seorang laki laki lain dengan tetap berpolah seorang anak kecil yang penuh keceriaan, laki laki itupun menolak dengan gaya yang sama dengan saya,lagi lagi sayup sayup saya mendengar ucapan terima kasih dari mulut kecil mereka.

Kantong hitam tempat stok tissue dagangan mereka tetap ter-onggok disudut jembatan tertabrak derai angin Jakarta . Saya melewatinya dengan lirikan kearah dalam kantong itu , duapertiga terisi tissue putih berbalut plastik transparan .

Setengah jam kemudian saya melewati kembali tempat yang sama dan mendapati mereka tengah mendapatkan pembeli seorang wanita , senyum diwajah mereka terlihat berkembang seolah memecah mendung yang sedang manggelayut langit Jakarta.

" Terima kasih banyak ya mbak...., semuanya dua ribu lima ratus rupiah!" tukas mereka, tak lama siwanita merogoh tasnya dan mengeluarkan uang sepuluh ribu rupiah .

" Maaf , nggak ada kembaliannya ..ada uang pas nggak mbak ? " mereka menyodorkan kembali uang tersebut.

Si wanita menggeleng, lalu dengan sigapnya anak yang bertubuh lebih kecil menghampiri saya yang tengah mengamati mereka bertiga pada jarak empat meter.

" Oom boleh tukar uang sepuluh ribuan dgn receh nggak ?"

Suaranya mengingatkan kepada keponakan lelaki saya yang seusia mereka . sedikit terhenyak saya merogoh saku celana dan hanya menemukan uang sisa kembalian makan siang sebesar empat ribu rupiah .

" Nggak punya dik , hanya ada empat ribu " jawab saya ,

lalu tak lama siwanita berkata " ambil saja kembaliannya , dik !" sambil berbalik badan dan meneruskan langkahnya kearah ujung sebelah timur.

Anak ini terbengong sebentar kemudian ia menyambar uang empat ribu saya dan menukarnya dengan uang sepuluh ribuan tersebut dan meletakkannya kegenggaman saya yang masih tetap berhenti , lalu ia mengejar wanita tersebut untuk memberikan uang empat ribu rupiah tadi. Siwanita kaget , setengah berteriak ia bilang

"Dik , ...sudah buat adik saja , nggak apa-apa ambil saja !",

namun mereka bersikeras mengembalikan uang tersebut.

" maaf mbak , baru ada empat ribu , nanti kalau mbak lewat sini lagi saya kembalikan kekurangannya !"

Akhirnya uang itu diterima siwanita karena sikecil pergi meninggalkannya. Tinggallah episode saya dan mereka , uang sepuluh ribu digenggaman saya tentu bukan sepenuhnya milik saya . mereka menghampiri saya dan berujar

" Om, bisa tunggu sebentar ya , saya kebawah dulu untuk tukar uang ketukang ojek !".

"eeh ....nggak usah ..nggak usah ..biar aja ..nih !" saya kasih uang itu ke sikecil.

Ia menerimanya tapi terus berlari kebawah jembatan menuruni tangga yang cukup curam menuju ke kumpulan tukang ojek. Saya hendak meneruskan langkah tapi dihentikan oleh anak kecil yang satunya ,

"Nanti dulu Om , biar ditukar dulu ..sebentar saja kok "

" Nggak apa apa dik , itu buat adik-adik saja " Lanjut saya

" jangan ..jangan Om , itu uang om dan mbak yang tadi " anak itu bersikeras

" Sudah ..saya Ikhlas kok , mbak tadi juga pasti ikhlas !" saya berusaha menenangkan,

namun ia menghalangi saya sejenak dan berlari keujung jembatan berteriak memanggil temannya untuk segera cepat kembali, secepat kilat juga ia meraih kantong plastik hitamnya dan berlari kearah saya.

" Ini deh om , kalau kelamaan , maaf .." ia memberi saya delapan pack tissue

" Buat apa ?" saya terbengong

" Habis teman saya lama sih Om , maaf , tukar pakai tissue aja dulu "

walau dikembalikan ia tetap menolak. Saya tatap wajahnya , perasaan bersalah muncul pada rona mukanya . Saya kalah set , ia tetap kukuh menutup rapat tas plastik hitam tissuenya . Beberapa saat saya mematung di sana , sampai sikecil telah kembali dengan genggaman uang receh sepuluh ribu , dan mengambil tissue dari tangan saya serta memberikan uang empat ribu rupiah.

"Terima kasih ya Om , !"..mereka kembali keujung jembatan sambil sayup sayup terdengar percakapan

" Duit mbak tadi gimana ..? " suara kecil yang lain menyahut

" lu hafal kan orangnya , kali aja ketemu lagi entar kita kasihkan..." percakapan itu sayup sayup menghilang.

Saya terhenyak dan kembali kekantor dengan seribu perasaan. Ya Allah SWT .. Hari ini saya malu dibuatnya dan telah belajar dari dua manusia kecil super , kekuatan kepribadian mereka menaklukan Jakarta membuat saya trenyuh ... sangat tersentuh......, mereka berbalut baju lusuh tapi hati dan kemuliaannya sehalus sutra.... seindah mutiara ...., mereka tahu hak mereka dan hak orang lain , mereka berusaha tak meminta minta dan bekerja dengan berdagang Tissue. Dua anak kecil yang bahkan belum baligh , memiliki kemuliaan diumur mereka yang begitu belia .

Saya kini lebih dapat membandingkan keserakahan umat manusia , yang kadang tak pernah ingin sedikitpun berkurang rizkinya. "Usia memang tidak menjamin kita menjadi Bijaksana , kitalah yang memilih untuk menjadi bijaksana atau tidak , termasuk kejujuran didalamnya" Semoga pengalaman nyata tersebut mampu menggugah saya dan Sahabat lainnya untuk dapat menjadi manusia yang lebih SUPER.

No comments:

Post a Comment