Ketika berbicara dengan orang yang kita anggap jahat, pilihan kata, intonasi, gesture dan emosi, semuanya dipilih untuk meghadapi orang jahat. Apakah ia memang benar2 jahat? Belum tentu kan … mungkin hanya persepsi kita, melihat dia dari satu sisi yang sempit. Bagaimana jika ternyata ia orang baik dan orang potensial, kita kehilangan satu kesempatan bukan…
Seorang teman saya bertanya, "Kalau selama ini orang itu ber-reputasi sbg orang jahat, apa salah kalo kita waspada, mgk jg ber-persepsi dia mmg orang jahat? Atau nunggu dulu sampai dia berbuat jahat kpd kita, baru kita pasang badan kpdnya?"
Benar sekali, waspada itu perlu, berpersepsi baik bukannya merubah peglihatan kita pada seseorang dari orang jahat menjadi baik, jahat tetaplah jahat. Namun KETIKA kita LAGI PERLU bicara dengan dia hendaknya tidak focus pada jahatnya yang menyebabkan kata-kata, intonasi, emosi dan sikap kita terbaca olehnya bahwa kita memposisikan dia sebagai orang jahat. Dia akan merespons dengan sikap yang tidak bersahabat. Dapat diduga komunikasi bakal menemui kesulitan. Sesungguhnya setiap orang selalu punya sisi baik, disamping sisi jahatnya, maka fokuslah pada kebaikannya. Dengan demikian kita bisa tersenyum dengan tulus, dan ketulusan akan diresponse tulus pula, insya Allah komunikasi bakalan lancar dan sukses.
Mungkin anda pernah mengalami. Ketika fokus pada keburukan orang lain, sedemikian sehingga keburukannya menutupi seluruh kebaikannya, sehingga anda membencinya, dan setiap saat bertemu wajah anda kemudian memancarkan kebencian, sehingga hubungan dengannya tidaklah harmonis dan tentu kualitas komunikasi menjadi buruk.
Ironisnya prasangka buruk kita belum tentu benar, tapi kita sudah terlanjur bersikap buruk padanya.
Dan sebaliknya, ketika bersangka baik, kita memancarkan emosi baik dan biasanya direspons baik oleh orang lain, bahkan ketika kita salah sekalipun. Orang yang benci pada kita, ketika kita terus bersikap baik ia tidak akan kuat bertahan membenci dan secara alamiah segera berubah... khusnuddhon memang luar biasa....
Persepsi bukanlah realitas yang sesungguhnya, kadang benar kadang juga salah.... Dalam bersikap manusia tidaklah merespons keadaan yang sesungguhnya, tetapi merespons persepsinya sendiri. Karena itu kemampuan melihat kebaikan orang lain dan tidak meghakimi menurut persepsi sendiri, adalah sangat penting...
Ketika sudah berpersepsi buruk, sehingga setiap bertemu dengan ia lalau kita terus bersikap buruk, lalu bagaimana, apakah persesi bisa di rubah?
Cara yang paling mudah merubah persepsi adalah berpikiran terbuka. Terbuka melihat seseorang apa adanya, terbuka melihat dia dari berbagai sudut pandang, termasuk mau melihat kebaikan-kebaikannya. Ketika sudah ketemu dan jelas kebaikan-kebaikannya FOKUS-lah pada kebaikannya bukan pada buruknya. Fokus adalah terus-menerus mengisi benak kita dengan kebaikan-kebaikanya, terus menerus mengisi ingatan kita dengan kebikan-kebaikannya. saat itulah kita sudah berubah persepsi. Dan dengan sendirinya kita menemukan kata-kata yang pantas, intonasi, gesture, sikap dan emosi yag baik. Wajah kita kemudian tampak olehnya sebagai orang yang tulus, dan iapun menyambut dengan emosi yang tulus pada kita.
Ketika persepsinya adalah "kita merasa beralah" bagaimana….. bagaimana merubah perasaan bersalah dan menghadapi orang yang kita terlanjur merasa bersalah……
Ingat, persepsi adalah positioning. Ketika merasa bersalah biasanya kita memposisikan diri sebagai orang yang bersalah. Kalau kesalahannya tidak fatal biasanya mudah di atasi untuk merubah posisi kita….
Saya pernah mengalami sebuah kejadian, yaitu datang terlambat di kantor. Kebetulan Boss saya tidak terlalu suka melihat stafnya telambat. Saya tidak bisa bayangkan bagaimana bertemu dia dalam posisi sebagai orang yang tidak indah karena telambat. Secepat kilat saya cari sesuatu yang membuat dia sangat senang.
Ahhaa….
Saya tahu dia sangat menginginkan tugas rancangan organisasi selesai minggu ini. Kebetulan pekerjaan itu sudah saya selesaikan. Langsung saya sampaikan, “Pak… usulan rancangan organisasi sudah selesai, bisa saya presentasikan pada Bapak kapanpun Bapak ada waktu untuk saya…” Wuaah saya melihat wajahnya ceria melihat saya dengan senyum lebar berbinar-binar…..
Yess… saya berhasil merubah posisi dari "orang yang terlambat" menjadi "orang yang berjasa padanya…."
Terlambat tetaplah bersalah , dan harus diperbaiki, tidak boleh terjadi pada hari2 berikutnya. Dalam merubah posisi, yang saya lakukan adalah bagaimana saya membuat focus Boss saya pada kebaikan yang saya miliki, bukan focus kepada keterlambatan saya. Jadi tidak merubah kesalahan menjadi kebenaran, yang terjadi adalah upaya merubah focus. Hal ini angat bermanfaat untuk menjaga hubungan baik.
Ahhaa….
Saya tahu dia sangat menginginkan tugas rancangan organisasi selesai minggu ini. Kebetulan pekerjaan itu sudah saya selesaikan. Langsung saya sampaikan, “Pak… usulan rancangan organisasi sudah selesai, bisa saya presentasikan pada Bapak kapanpun Bapak ada waktu untuk saya…” Wuaah saya melihat wajahnya ceria melihat saya dengan senyum lebar berbinar-binar…..
Yess… saya berhasil merubah posisi dari "orang yang terlambat" menjadi "orang yang berjasa padanya…."
Terlambat tetaplah bersalah , dan harus diperbaiki, tidak boleh terjadi pada hari2 berikutnya. Dalam merubah posisi, yang saya lakukan adalah bagaimana saya membuat focus Boss saya pada kebaikan yang saya miliki, bukan focus kepada keterlambatan saya. Jadi tidak merubah kesalahan menjadi kebenaran, yang terjadi adalah upaya merubah focus. Hal ini angat bermanfaat untuk menjaga hubungan baik.
Apapun kasusnya, persepsi sangat penting untuk suksesnya komunikasi. Jika dari awal anda sudah mempunyai persepsi baik, kesuksesan komunikasi sudah sebagian besar anda miliki. Jika anda memiliki persepsi yang kurang baik, sebaiknya anda mengurungkan niat untuk ketemu, tunggu hingga anda yakin anda punya persepsi yang baik tentangnya, atau anda punya posisi yang baik di hadapannya.
No comments:
Post a Comment