Sunday 4 November 2007

Kita Bisa Menjadi Seperti Apa Yang Kita Cita-Citakan

Banyak orang takut membuat cita-cta, ia terbelenggu dengan kondisi dirinya, lingkungannya dan orang-orang terdekatnya serta pengalaman hidupnya. Akhirna ia hidup berputar-putar tanpa cita-cita.

Cita-cita adalah gambaran keinginan bahwa kita akan menjadi seperti apa, mempunyai apa, siapa orang-orang tercinta yang akan mendampingi kita, apa yang akan kita lakukan untuk mereka, punya rumah di mana, pergi kemana, siapa yang akan menjadi kolega kita, dan semua gambaran indah yang kita inginkan di masa yang akan datang.
Cita-cita merupakan kumpulan keinginan-keinginan yang disusun sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah drama situasi diri kita di masa mendatang, sebuah mimpi masa depan. Mungkin itu sebabnya orang barat menyebutnya sebagai dream.

Makin jelas sebuah mimpi makin mudah membayangkan bagaimana cara meraihnya, dan makin mudah pula mimpi itu menjadi kenyataan. Karena begitu jelasnya sebuah mimpi pada diri seseorang, dia bahkan bisa menggambarkan tahap demi tahap bagaimana cara meraih impian tersebut. Setiap tahap disusun dan direncanakan, kapan tahap pertama dicapai dan kapan tahap-tahap berikutnya hingga ahirnya impian itu menjadi kenyataan.

Mimpi yang tervisualisasi dengan jelas itu dalam dunia professional disebut sebagai Vision, dan kepastian tahapan-tahapan yang akan dilakukan sering disebut sebagai Strategic Planning.

Cita-cita atau mimpi yang diyakini sepenuh hati bisa melahirkan berbagai potensi kekuatan dari dalam diri. Pola pikir, sikap, keberanian, komitmen, perencanaan, tindakan yang konsisten, kesabaran, keteguhan. Semua mendukung kita untuk meraih cita-cita. Semua potensi itu tidak akan keluar kalau kita tidak punya cita-cita.

Dalam hadith Qudsi Allah berfirman yang artinya:

Aku mengikuti sangkaan hambaku padaku.

Maka kalau cita-cita itu diyakini sepenuh hati insya Allah akan tercapai.
Cita-cita juga menumbuhkan harapan dan doa. Doa merupakan potensi yang luar biasa untuk meraih cita-cita. Dalam AlQuran disebutkan

“Mintalah kepada-Ku(Allah) niscaya Kuperkenan”.

Kita tidak pernah berdoa kalau tidak punya kinginan atau cita-cita

Orang-orang sukses punya cita-cita yang jelas.

Setiap manusia punya keinginan, karena keinginan itulah yang menjadi motif dari setiap tindakan. Keinginan-keinginan jangka pendek melahirkan tindakan-tindakan spontan, sedangkan keinginan-keinginan jangka panjang melahirkan tindakan-tindakan terrencana. Keinginan-keinginan jangka panjang itu adalah cita-cita.

Orang-orang sukses mempunyai cita-cita yang jelas, aktifitas hidupnya terrencana, ingin menjadi apa lima tahun mendatang, terus apa yang harus dilakukan tahun depan, bulan depan, dan minggu depan. Terlepas dari berhasil atau tidak, berbagai kegiatan dan aktifitas sudah terprogram untuk menuju kepada cita-cita mereka.

Sebaliknya orang kebanyakan cita-citanya kabur atau bahkan tidak punya cita-cita. Hidup bagi mereka mengalir begitu saja tidak tahu harus melakukan apa tahun depan, atau bulan depan. Bahkan yang lebih parah minggu depanpun tidak tahu akan melakukan apa, dan inilah menjadi paradigma kebanyakan.

Kita bisa menjadi seperti apa yang kita cita-citakan.

Rhonda Byrne, penulis buku The Secret, Michael J. Losier, penulis buku The law Of Atraction, mengatakan bahwa apa yang kita inginkan, kemudian kita bayangkan dalam benak kita dengan segenap perhatian dan energi, maka hal tersebut akan menjadi kenyataan dalam hidup kita. Andre Wongso, motivator terkenal Indonesia, mengatakan anda bisa menjadi seperti apa yang anda inginkan. Muhammad Rosulullah menyampaikan bahwa Tuhan berfirman

“Aku mengikuti sangkaan hambaKu, jika sangkaanya baik maka baiklah baginya, jika sangkaanya buruk maka buruklah baginya”.

Kalau kita berprasangka bahwa Tuhan akan menjadikan kita orang yang berhasil, maka oleh Tuhan kita akan dijadikan berhasil.

Ketika kita menginginkan sesuatu dengan keinginan yang kuat dan dengan keyakinan, maka otak kita akan berusaha mencari solusi-solusi kreatif bagaimana cara memperolehnya. Demikian pula jika kita mencita-citakan sesuatu maka otak kita akan berusaha mencari solusi-solusi bagaimana cara mencapainya. Di bawah ini adalah sebuah ilustrasi berkaitan dengan keinginan yang kuat dan memunculkan solusi-solusi kreatif.

Sepasang suami istri pulang dari perjalanan jauh dan mereka sangat haus, sesampai di dalam rumah sang suami langsung buka kulkas, dan membayangkan betapa nikmat dia minum pepsi yang dingin dari dalam kulkas. Kemudian mencari pembuka botol ternyata tidak ditemukan. Dicarilah cara lain, dicungkilnya tutup botol tersebut dengan sudut pinggiran tembok dapur, ternyata malah temboknya yang cuil dan botol tidak berhasil terbuka. Dicobanya lagi dengan ujung pisau, tidak berhasil, masih tidak putus asa lalu mencari gunting untuk melubanginya. Apapun diupayakan caranya untuk membuka botol tersebut, namun guntingpun tidak ditemukan, ahirnya pakupun boleh. Ahirnya dengan batu dan paku dia bisa menikmati pepsi seperti yang dicita-citakan.

Istrinya juga penggemar pepsi, namun melihat perjuangan suaminya ia mengatakan “ah… bukan pepsi juga nggak apa-apa, air juga cukup nikmat untuk menghalau dahaga”. Istrinya ini punya pilihan lain, baginya air sudah cukup, tidak harus berjuang demikian berat untuk membuka botol.

Dalam bercita-cita, kita diberi banyak pilihan, bebas memilih, benar-benar bebas memilih. Boleh menjadi kaya, menjadi orang berilmu, menjadi terkenal, bermanfaat untuk orang banyak, atau ingin menjadi orang biasa saja. Cita-cita adalah sebuah pilihan jalan hidup, kita tinggal membuatnya kemudian percayakan kepada Allah maka Allah akan menunjukkan jalannya. Masalahnya adalah, banyak orang tidak punya cita-cita. Jika tidak punya cita-cita, hidup kita tidak ada yang berubah, kecuali menjadi tua, sakit dan mati, tak berarti, tanpa pernah ada yang mencatat keberadaan kita di dunia.

Buatlah cita-cita, percayakan pada Allah
Beranilah bercita-cita, buatlah cita-cita dan kemudian serahkan kepada Allah, yakinlah kepadaNya, karena Allah telah berfirman

".....Ketika engkau telah menetapkan tekad maka serahkanlah kepada Allah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tawakkal" (QS.Ali Imron:159)


Dalam ayat yang lain disebutkan



“…barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, dan siapa yang bertakwa kepada Allah Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangka.”  Baparang siapa yang bertawakkal (mempercayakan urusannya) kepada Allah, maka Dia (Allah) maka Allah akan mencukupi kebutuhannya”. (QS. Attalaq:2-3)
Allahu a’lam.

5 comments:

  1. good..banyak yang berkhayal tapi mereka kosong dalam cita-cita..

    ReplyDelete
  2. Iya mas Ghani, jangan kita termasuk orang2 yang "dreamer with no action (penghayal)", dalam bahasa ustadh orang seperti itu disebut tulul 'amal, dan itu dosa. Katanya...

    ReplyDelete
  3. subahanallah,,,
    artikel ini telah memberi inspirasi bagi saya utk terus berusaha menggapai cita-cita...
    terima kasih...

    oia, boleh ya saya buat link ke blog ini dari blog saya... hehehe...

    ReplyDelete
  4. Silahkan mas, semoga manfaat.

    ReplyDelete
  5. ASSALAMUALAIKUM
    Apa yang ditulis di atas saya alami,Jgn jd tuulul amal yg hanya berangan angan saja,tetapi apa yg kita cita2kan di bayangkan,di kreasi dlm hati terus menerus smbil berdoa kpd ALLAH dan niat ikhls ttg cita2 kita dan kita berperasangka baik thd ALLAH bahwa DIA akan mengabulkan cita2.jangan lupa kita bekerja dan berusaha serta banyak bersedekah,INSYA ALLAH akan terkabul.Anda bayangkan seseorang dg gaji cm 2jt an bisa membangun rumah seharga 150 jt kl menghitung matematika rasanya mustahil.atau seorang ibu yang bisa menyekolahkan anaknya hinnga S1 di luar negri,padahal ia tidak punya penghasilan tetap,atau seorang ibu dukun beranak juga bisa meyekolahkan anaknya hinnga gelar Dr. so apa yang mustahil bagi ALLAH membayangkan cita2 dalam hati teruuuus dan teruuus akan memotivasi kita untuk kesuksesan. bukan seorang dreamer yang hanya berhayal tanpa usaha

    ReplyDelete