Friday, 14 December 2007

You are Who Your Friends are

You Are Who Your Friends Are
by Jack Canfield and Hartati Nurwijaya.

Diposting untuk atas nama ria_gembel@yahoo.com dari maillist LingkarLOA

Adalah penting untuk menyadari kekuatan dari positive thinking. Hal ini terjadi bukan hanya pada diri Anda, tetapi orang-orang di sekeliling Anda.



Perilaku sangat mudah dikenali. Baik itu positif maupun negatif, mereka melekat pada diri Anda. Jika Anda dikelilingi oleh orang yang suka mengeluh, suka menghakimi, menyebar gossip negatif, dan senang menyalahkan orang lain, berperan seolah-olah sebagai korban. Oh jauhilah!
Siapakah orang yang dekat dengan Anda? Apakah mereka sudah mencapai impiannya atau orang suka mengeluh pada keadaan? Apakah mereka menyanjung orang yang punya cita-cita tinggi, atau mereka orang yang suka berolok-olok dan melecehkan? Bagaimana mereka memperlakukan Anda?

Jika Anda membuang waktu dengan orang yang tidak mendukung impian dan tujuan Anda, hal yang serius dan sudah waktunya Anda memikirkan siapa teman Anda itu.
Orang yang sukses dikelilingi oleh orang yang sudah sukses. Mudah dan gampang. Mereka senang berada di sekeliling orang yang sedang berusaha meraih tujuan dan berusaha menjadikannya kenyataan. Mereka ingin mengetahui bagaimana strategi dan rahasia menjadi pemenang. Mereka tidak malu untuk berada di sekeliling orang yang belajar untuk sukses dan mencari rejeki yang halal.

Anda juga, perlu dan butuh dikelilingi oleh pengaruh yang positif. Bergabunglah dengan kelompok orang yang sukses, pelajari apa yang sudah dan sedang mereka pelajari. Tidak jadi masalah Anda dan orang tersebut berasal dari latar belakang yang berbeda. Tunjukkan dan pindahkan diri Anda menjadi seorang yang berjuang meraih tujuan.
Sukses bukan hanya milik orang mudah meraihnya, orang yang sudah terlahir sebagai anak orang kaya atau orang yang punya pendidikan tinggi dan mahal. Sangat banyak orang miskin yang sukses dan mereka bisa menghadapi segala rintangan dan mereka berhasil mencapai tujuannya.

Orang yang sukses tidak mendapatkannya dari berteman dekat dengan orang suka menumpahkan energi negatif. Saya sempat berkenalan dengan Deddy Tjipto ketika bertemu di Woman radio, beliau ahli Prana. Kami diskusi masalah energi positif dan negatif. Intinya bahwa energi positif harus ketemu energi positif. Energi negatif dan energi positif jika bertemu akan menghasilkan negatif. Carilah teman yang dapat mengalirkan energi positif, teman yang selalu berkata baik-baik dan teman yang selalu menghibur dan memberi dukungan.

Sebelum saya berkenalan dengan Ibrahim Isa, Edy Zaqeus, Jennie S Bev, Irvan Wirayudha, Ariana Peggy, Jonru, Catur Catriks, Rusdin Din, Eko Sugiarto, Ning Harmanto dan beberapa penulis sukses lainnya. Saya merasa kurang motivasi untuk menulis. Setelah dekat dengan teman alumni sekolah dan penulis bestseller yang banyak
memberi dukungan akhirnya buku saya dapat terbit.

Saya pernah dan sering dianggap sombong atau bahkan dianggap kurang pergaulan. Sebab, sejak saya kecil selalu memilih teman. Saya tidak suka teman yang senang menebarkan energi negatif. Saya tidak suka berteman dengan orang tidak bahagia dalam hidupnya.
Energi positif hanya datang dari orang yang menyalurkan energi positifnya. Pertama, ketika saya pertama kali menelepon Rosihan Anwar dari Yunani agar bersedia menjadi pembicara di peluncuran buku. Saya katakan dalam hati harus percaya diri dan bahwa beliau adalah teman saya. Beliau adalah energi positif yang akan membantu saya. Hal itu terbukti tanpa susah payah, beliau yang sudah berusia 80 tahun lebih bersedia hadir dan bahkan membagi ilmunya serta menulis sebuah artikel di tabloid cek dan ricek tentang saya.

Kedua, ketika saya bertemu Jajang C Noer, beliau mengatakan bahwa muka saya cerah. Jajang berkata, ia menilai seseorang dari raut wajah. Lalu saya katakan bahwa rahasia hidup saya adalah berpikir positif. Segala hal yang terjadi dan saya alami semua serahkan pada Allah SWT.
Saya menjadikan anak-anak saya sebagai sumber kebahagiaan, anak yang sehat membuat saya senang. Selama ini saya disibukkan memelihara dan merawat anak tidak terasa berat. Semua saya lakukan dengan senang hati dan;

Ketiga, ketika saya membaca buku Jeffrey Gitomer berjudul Yes Attitude. Salah satu hal negatif yang harus dihindari adalah uang. Jangan pernah merasa tidak pernah cukup dengan uang yang Anda miliki. Negatif adalah jika Anda ingin memiliki uang yang lebih lagi. Hal ini sudah sejak lama saya terapkan tanpa saya sadari. Saya tidak pernah mengenalkan pada anak-anak bentuk uang. Saya tidak pernah memberitahu atau mengajarkan anak-anak saya bahwa uang adalah benda berguna. Saya bahkan tidak pernah memberi uang pada anak; sejak ia sekolah dan hingga kini sudah duduk di kelas empat SD.

Anak-anak saya lebih menghargai buku-bukunya daripada uang. Putra nomor dua bahkan diberi uang oleh Yaya (nenek dalam bahasa Yunani), ia sebutkan uang itu plastik. Ia diberi uang sebab membantu memungut buah zaitun ketika sedang panen. Uang dua lembar 5 euro sampai lecek dan robek sebab tidak seorang anak-pun yang peduli pada uang. Akhirnya saya masukkan dalam celengan mereka.

Sedangkan buku yang saya bawa dari Indonesia, selalu mereka letakkan dekat dengan tempat tidur dan minta dibacakan. Putra nomor dua baru berusia 3 tahun setengah dan si bungsu baru 2 tahun setengah.

Setelah selesai acara roadshow buku, saya tercenung di bandara ketika merasa saya berhasil mencapai impian bahwa buku pertama saya sudah terbit dan laris. Saya dan buku diberitakan dalam media massa. Saya sudah dikenal masyarakat. Namun, ternyata saat itu saya merasa bahwa hal yang terindah dan paling bahagia adalah bercanda dan
bergurau bersama anak-anak saya.

Beberapa hari saya sempat malas menulis lagi, hingga masuk email dari James Athur Ray. Quote yang berisi bahwa kita jangan merasa sukses hanya dengan satu kesuksesan dan jangan patah semangat hanya karena gagal.

No comments:

Post a Comment