Seorang teman sebut saja Ronal (bukan nama sebenarnya), ia bekerja di sebuah perusahaan besar, sebenarnya ia adalah seoarang yang terpelajar, lulusan Perguruan Tinggi ternama di indonesia, sekitar tahun 80-an. Anda bisa bayangkan kira2 sudah jadi apa dia sekarang, mungkin sudah jadi direktur, menteri atau paling tidak jadi General Manager. Ternyata tidak sauadara, ia hanya seorang klerk, juru tulis di sebuah perusahaan besar. Ironisnya ia bahkan begitu lambat menerima instruksi, pemahamannya payah dan sering menjadi perbincangan teman-temannya. Emosinya lemah, ia seolah menerima dan merasa ”aku memeng tidak mampu dan bodoh”.
Cerita di atas adalah kisah yang bisa menjadi contoh penuh makna jika kita bisa mengambil pelajaran. Pernahkah anda melihat atau bahkan merasakan sendiri, betapa seseorang yang tadinya bersemangat dan berprestasi luar biasa tiba-tiba hilang kemampuannya. Semua ide lenyap seperti dedaunan kering di ditiup angin di musim kemarau. Ke mana semua pengetahuan yang tadinya hebat membawanya kepada prestasi yang terhormat. Ia bahkan merasa tidak berguna, dan putus asa. Saya sendiri pernah mengalami pengalaman serupa, sebuah kebangkrutan ekonomi setelah aku berjaya sebelumnya. Ketika itu aku sering merasa sudah tua dan bertanya tanya kapan aku mati, untuk mengakhiri kesusahan hidup ini. Aku merasa menjadi manusia tidak berguna.
Kasus seperti ini banyak dialami oleh orang-orang yang semula sukses kemudian bangkrut. Ia seperti solah punya kesadaran baru bahwa,
Kasus seperti ini banyak dialami oleh orang-orang yang semula sukses kemudian bangkrut. Ia seperti solah punya kesadaran baru bahwa,
”Ternyata aku bukanlah seperti yang kuduga, selama ini menganggap diriku hebat, namun kenyataannya sebaliknya. Aku hanya sorang pecundang yang bodoh, AKU BODOH”
Ketika ide seperti itu sudah hinggap di dalam keyakinan, maka otak seperti tumpul. Ia menolak semua jalan keluar, ia menjadi tidak yakin apakah ide-ide jalan keluar yang melintas di pikirannya itu efektif. Ia menjadi ragu dan tidak percaya diri. Padahal di sisi lain ia masih menyimpan pengalaman dan kemampuan tetapi terlupakan karena tertutup masalah yang sedang dihadapinya. Pengalaman dan kemampuan itu benar2 untuk sementara tidak bermanfaat baginya.
Jika keyakinan itu tidak diluruskan,ia bisa menetap menjadi keyakinan permanen dan menjadi penyebab kebangkrutan permanen seseorang. Pernahkan anda melihat, semoga bukan anda sendiri, orang yang dahulu pernah jaya, namun karena suatu hal ia bangkrut, dan tidak bangkit lagi. Inilah penyebab terbesarnya.
Sahabat, keyakinan adalah panglima dalam hidup kita. Semua kemampuan dan perilaku dibimbing oleh keyakinan. Ketika anda mengatakan ”AKU BISA” maka andapun bisa, ketika anda berpendapat ”AKU TIDAK MAMPU” pendapat andapun benar.
Lalu bagiamana solusinya jika kita sendiri yang mengalami masalah seperti ini?
Hendaknya kita berprasangka baik pada setiap kejadian yang kita alami. Kebiasaan berprasangka buruk mengarahkan diri kita pada nasib yang buruk. Sedikit demi sedikit, setiap hari, hingga tahu-tahu dalam bebrapa tahun saja kita sudah melenceng jauh. Sehingga dalam speuluh tahun kita mendapati diri kita dalam posisi yang jauh dari kawan2 kita yang lain.
Maka berbuatlah sebaliknya, berprasangkalah yang baik, apapun yang terjadi. Prasangka baik mengarahkan kita pada kebaikan dan kebahagiaan. Dari hari ke hari tahu-tahu kita sudah berada pada posisi jauh di atas oarang-orang lain yang berangkatnya semual bersamaan.
Sungguh benar apa yang Allah firmankan dalam hadith Qudsi, "Aku berpihak pada prasangka hambaKu padaKu, jika prasangkanya baik maka kebaikanlah baginya jika prasangkanya buruk maka keburukanlah baginya", (Rowahu Ahmad).
Allahu a'lam
Sahabat, keyakinan adalah panglima dalam hidup kita. Semua kemampuan dan perilaku dibimbing oleh keyakinan. Ketika anda mengatakan ”AKU BISA” maka andapun bisa, ketika anda berpendapat ”AKU TIDAK MAMPU” pendapat andapun benar.
Lalu bagiamana solusinya jika kita sendiri yang mengalami masalah seperti ini?
Hendaknya kita berprasangka baik pada setiap kejadian yang kita alami. Kebiasaan berprasangka buruk mengarahkan diri kita pada nasib yang buruk. Sedikit demi sedikit, setiap hari, hingga tahu-tahu dalam bebrapa tahun saja kita sudah melenceng jauh. Sehingga dalam speuluh tahun kita mendapati diri kita dalam posisi yang jauh dari kawan2 kita yang lain.
Maka berbuatlah sebaliknya, berprasangkalah yang baik, apapun yang terjadi. Prasangka baik mengarahkan kita pada kebaikan dan kebahagiaan. Dari hari ke hari tahu-tahu kita sudah berada pada posisi jauh di atas oarang-orang lain yang berangkatnya semual bersamaan.
Sungguh benar apa yang Allah firmankan dalam hadith Qudsi, "Aku berpihak pada prasangka hambaKu padaKu, jika prasangkanya baik maka kebaikanlah baginya jika prasangkanya buruk maka keburukanlah baginya", (Rowahu Ahmad).
Allahu a'lam